Wednesday, 19 September 2012

ASKEP GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN



PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih), dan uretra.

Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbang­an garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.

Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Ontogenitis, berasal dari mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal dibelah dua, secara longitudinal (memanjang), dapat terlihat. bagian luar yang bercak-bercak disebut korteks, serta bagian dalam yang bergaris­garis disebut medula. Medula terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk kerucut yang disebut renah piramid. Puncak kerucut tadi menghadap ke ;=.aliks yang terdiri dari iubang-lubang kecil (papila renalis). tiara pyramid dipisahkan sate dengan lainnya oleh kolumna renalis. Garis yang terlihat pada piramid disebut tubulus.

Pada pemeriksaan secara mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti corong dengan batang yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian corong tersebut dinamakan kapsula Bowman yang terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng. Ruangan kapsula Bowman dan glomerolus disebut karpusguli renalis (korpuskulam malfigi).

Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas aferen ke dalam glomerolus clan keluar melalui vas eferent. Bagian yang mer,yerupai bentuk batang yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal. tubulus koligentes. Pada Bagian-Bagian batang ini terjadi proses: filtrasi, reabsopsi, dan sekresi.

Proses filtrasi terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih began daripada permukaan eferen. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyaringan darah. Pada proses ini yang tersaring adalah Bagian cair dari darah kecuali protein. Selanjutnya, cairan tersebut, yaitu air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat. Ditampung oleh simpai Bowman yang selanjutnya diteruskan ke tubulus-tubulus ginjal.

Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus-tubulus ginjal. Di sini terjadi penyerapan kembali dari sebagian air, glokosa, atrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan beberapa ion bikarbonat. Pada tubulus ginjal bagian atas, terjadi proses pasif (reabsorpsi obligatori). Sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi proses aktif (fakultatif reabsorpsi) yang menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan. Sisa hasil reabsorpsi akan dialirkan ke papilla renalis.

Pelvis renalis (piala ginjal) merupakan bagian dari ginjal dengan duktus papillaris Bellini bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis pada papilla ginjal. Papilla renalis terlihat, menonjol ke dalam satu kaliks minor, bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis renalis ini berlanjut menjadi ureter.


Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.   ,
Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan
jaringan fibrosa.


Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.

Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks, fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale me­dius. Bagian fundus merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus berada di antara verteks dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi.

Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.


PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN

Tanda dan gejala gangguan/penyakit pada sistem perkemihan dapat dilihat atau ditanyakan langsung pada pasien, yang meliputi:

Frekwensi buang berkemih (miksi):
  • Poliuri (sering miksi)
  • Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal urine keluar kurang lebih 400 cc)
  • Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).
  • Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol untuk keluar).
  • Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).
  • Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk miksi. Intermiten (pasien mengalami tempo berhenti arcs urinenya selama miksi).
  • Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).
  • lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari).
Kelainan miksi:
  • Disuri (adanya rasa sakit sewaktu miksi)
  • Adanya rasa papas sewaktu miksi
  • Hematuri (adanya darah yang keluar bercampur dengan urine).
  • Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini diketahui melalui pemeriksaan mikroskopis, disebabkan tidak semua urine menjadi keruh karena mengandung nanah.
  • Lituri (urine keluar bersama bate kecil sewaktu miksi)

Selain hal-hal di atas, dalam pengkajian pasien harus termasuk : 1) identitas pasien; 2) riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan/penyakit yang lalu, yang berhubungan atau yang dapat mempengaruhi penyakit perkemihan, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat kesehatan pasien; 3) riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubung­
an dengan gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini.


GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

Penyakit ginjal polikistik
Penyakit ginjal polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi oleh banyak kista. Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit ini mengenai anak-anak, akan bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian. Bila mengenai orang dewasa, gejala akan timbul setelah pasien berusia 30 tahun.

Patofisiologi. Ginjal dipenuhi oleh kista yang demikian membesar, men­desak jaringan ginjal dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan jaringan ginjal, yang.pada akhirnya pasien menderita kegagalan ginjal.

Gejala dan tanda. Nyeri menusuk di daerah pinggang disertai pem­besaran ginjal yang dapat diraba dari luar. Sebagian besar pasien menderita
hipertensi. Terjadi hematuri dan demam.

Pemeriksaan diagnostik. Untuk memastikan adanya kelainan ini perlu dilakukan pemeriksaan IVP (intravenous pyeiography). Penggambaran dengan kontras dari piala ginjal dan saluran-salurannya. Tindakan ini untuk melihat fungsi sekresi dan ekskresi dari kedua ginjal, melihat apakah ada bate radiopaque dan radio luccut, dan melihat apakah ada kelainan pada ginjal

Tindakan pengobaton Penatalaksanaan pasien dengan penyakit ginjal polikistik meliputi :
  • Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya kegagalan ginjal.
  • Pasien harus istirahat di tempat tidur.
  • Pembedahan dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk melubangi kista, ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Persiapan untuk tindakan ini sama seperti persiapan pasien untuk operasi pada umumnya.
  • Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal ginjal. Bila ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pasien mengalami gagal ginjal.

Prognosis. Gangguan ini pada anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang dewasa bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kegagalan ginjal.

Persiapan untuk tindakan IVP
  • Buat perjanj an dengan bagian radiologi
  • Hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin harus dalam Batas normal
  • Sehari sebelumnya pasien makan bubur kasar
  • Pukul 18:00 pasien makan terakhir
  • Pukul 20:000 pasien diberikan 30 gram garam Inggris atau tablet laksansia
  • Pukul 22:00 dipuasakan'sampa selesai pemeriksaan
  • Pagi hart diberikan lagi obat tablet, diberikarnsupositoria per awal
  • Pasien dilarang merokok dan dianjurkan untuk tidak'banyak bicara


GANGGUAN PADA URETER
Kelainan bawaan pada ureter jarang ditemukan. Meskipun demikian, di bawah ini dikemukakan tentang beberapa kelainan ureter dapat ditemukan.

Ureter Kembar Atau Ureter Bifida
Ureter kembar ialah terdapatnya dua ureter pada satu ginjal, sedangkan ureter yang bercabang pada suatu tempat sehingga berbentuk huruf Y. Kelainan ini berasal clan dua buah ureter, biasanya disertai piala ginjal
kembar atau dapat pula terjadi sebuah piala yang besar dengan piala ginjal yang bercabang.

Pembuluh Darah Ginjal Aferens
Kelainan ini dapat terjadi pada vena maupun arteri yang berasal dari arteri renalis maupun aorta. Pembuluh darah ginjal aferens dapat mengakibatkan ureter terjepit dan menimbulkan gejala-gejala sumbatan.

Kelainan Lumen Ureter
Kelainan ini terjadi akibat penyempitan yang dapat menimbulkan gejala obstruksi pada ureter dapat diperkirakan dari melilit atau tertekuk di ureter.

Kelainan Muara Ureter
Kelainan muara ureter yaitu berpindahnya muara ureter dan melekat pada organ yang lain. Pada laki-laki, muara ini melekat pada uretra pays prostalika, duktus ejakulatorius, vesikula seminalis, dapat pula pada vas deferens. Sedangkan pada perempuan, muara ini dapat melekat pada uterus, uretra,
vagina.


GANGGUAN PADA KANDUNG KEMIH
Kelainan bawaan pada kandung kemih dapat berupa tidak adanya kandung kemih don ekstrofi kandung kemih.

Gangguan pada uretra
Kelainan pada uretra antara lain hipospadia pada pria, yaitu suatu keadaan di mana uretra pada bagian distal penis, tidak berkembang dengan sempuma. Tindakan yang dapat dilakukan ialah operasi bedah plastik untuk menyambung defek tersebut. Operasi dilakukan bila usia anak sudah mencapai kurang lebih empat tahun.

Gangguan berkemih
Retensi Urine
Retensi urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronik. Pada keadaan akut, berkemih berhenti secara mendadak di mana pasien tiba-tiba tidak bisa berkemih. Dalam keadaan kronik, retensi urine terjadi akibat adanya obstruksi yang terus­menerus pada uretra.

Penyebab gangguan ini adalah:
  • pada lumen uretra, misalnya karena adanya kalkulus.
  • pada dinding uretra, yaitu karena adanya striktur.
  • pada dinding uretra yang tertekan, misalnya karena hipertrofi prostat, fimosis.

Patofisiologi. Obstruksi pada uretra menyebabkan kesulitan miksi serta menimbulkan hipertrofi otot kandung kemih. Hal ini akan menimbulkan urine yang jumlahnya makin meningkat selanjutnya terjadi dilatasi permanen pada kandung kemih.

Gejala don tanda. Diawali dengan aliran urine yang makin lambat,
kemudian terjadi poliuria yang makin lama makin parch disebabkan oleh pengosongan kandung kemih yang tidak efisien. Selanjutaya, akan terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.

Prognosis. Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat menyebabkan retensi kronik.

Penatalaksanaan. Untuk gangguan ini dilakukan kateterisasi uretra, dilatasi uretra dengan bougi, don drainase supra pubik.

Katetertsasi
Katetecisasi urine.adalah memasukkan kateter e dalam kandung; kemih mePalcti uretra.
  • MengetuarKan air tcemtn­
  • Mengosol gkan kandung kemih untuk, suatu pemeriksan dan persiapan operas!.
  • Menampung air kemih.

indikasi:.
  • Pasiein yang mengalami retensi.i urine.
  • Pasien yang perlu pemeriksaan urine stern.
  • Pasien yang.akan dilakukan foto daerah kandung kemih.

Persiapan pasien
  • Pasien diberitahu engenai.tindakan yang akan dilakuk n
  • Menjaga privasi clan rasa aman pasien
  • Atur p©sis tidur pasien dengan coca menekuk kedu fu ut.


Inkontinensi Urine
Inkontinensia urine adalah suatu keadaan urine bocor secara terus menerus. Penyebab gangguan ini adalah trauma sfingter, gangguan neurogenik dari saluran urinaria bagian bawah, adanya fistula karena operasi, kongenital fistula, ektopik uretral orifisium.


INFEKSI SALURAN KEMIH
Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terns naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai baik parenkirn maupun pelvis ginjal.

Gangguan ini dapat disebabkan oleh bakteri E.coli, karena resisten terhadap obat antibiotik, atau obstruksi ureter yang mengakibatkan hidro­nefrosis.

Patofisiologi. Gangguan akut terjadi bila infeksi bakteri naik dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Sedangkan gangguan kronik terjadi bila infeksi dapat terjadi karena adanya bakteri tetapi dapat juga karena faktor lain, seperti obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara parmanen dan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik.

Pielonefritis akut Bering juga ditemukan pada perempuan hamil biasanya diawali dengan hidroureter dan hidronefritis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar. Tanda dan gejala pielonefritis akut adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada daerah ginjal, pangs tinggi dan terjadi respons sistemik yang umum, sering miksi dan terasa nyeri, dan dalam urine ditemukan adanya leukosit dan bakteri. Penatalaksanaan gangguan ini dengan memberi pasien banyak minum dan tempi antibiotika.

Pielonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala gangguan ini ditunjukkan dengan adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang darn kesehatan pasien semakin menurun pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.

Pemeriksaan diagnostik untuk infeksi saluran kemih adalah dengan IVP, sistoskopi, kultur urine, atau biopsi ginjal.

Prognosis baik bila dilakukan pengobatan tepat, tetapi bila infeksi berlangsung terns, dapat terjadi atrofi pielonefritis. Komplikasi penyakit ini meliputi hipertensi, pembentukan batu dan kegagalan ginjal. Sehingga perlu dilakukan pencegahan, dengan deteksi dini dan perawatan serta pengobatan yang adekuat terhadap infeksi saluran kemih bagian bawah (ureteritis, sistitis. uretritis).


Kultur urine
Kultur urine adalah menyiapkan urine steril untuk pemeriksaan kultur dengan cara pengambilan urine tengah (mid-stream). Tujuan pemeriksaan ini untuk mengathui infeksi saluran kemih.
Persiapan pasien a tat.
  • Pasien diberi tahu mengenai keadaan yang akan dilakukan
  • Sediakan `botol pemeriksaan steril dan tutupnya (disteril secara kering).
  • Bersihkan area kelamin dengan menggunakan larutan sabun.
  • Urine yang pertama keluar tidak ditampung, pasien diminta untuk menahan urinenya.
  • Selanjutnya urine ditampungg dalam botol stern secara hati-­hati.

Biopsi Ginjal
Biopps! ginjal adalah mengambil sedikit jaringah—ginjal Tujuan tindakan ini untuk nengetahui patologi-anatomi (PA) dari: jaringan ginjal. Indikasi tindakan inik untuk pasien dengan penyakit ginjal seperti sindrom nefrotik atau karsinoma ginjal.
Persiapan pasien:
  • Dilakukan pemeriksaan laboratorium Betas lengkap terutama fungsi ginjal, yaitu VCT, urine lengkap, masa protrombin (masa pembekuan dan masa perdarahan) dan dash lengkap dan BNO/lVP
  • Tiga hari sebelum dilakukan biopsi pasien diberi vitamin K tablet atau suntikan vitamin K selama 3 hari,berturut-turut.

Ureteritis
Ureteritis adalah peradangan pada ureter. Gangguan ini terjadi karena adanya infeksi baik pada ginjal maupun kandung kemih.

Patofisiologi. Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya menjadi sistitis (akibat infeksi desendens) atau sebaliknya. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter, menyebabkan striktur dan hidronefrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, juga mengganggu peristaltik ureter.

Sistitis
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria dan sering ditemui. Infeksi ini terjadi karena E. coli (banyak ditemukan pada perempuan), infeksi ginjal, dan hipertrofi prostat karena adanya urine sisa.

Sistitis primer adalah radang buli-buli yang terjadi karena adanya penyakit atau gangguan antara lain batu buli-buli, divertikal buli-buli, hiper­trofi prostat, atau striktura uretra. Sistitis sekunder adalah gejala sistitis timbul sebagai akibat dari penyakit pada sistem lain.

Sistitis akut menunjukkan tanda dan gejala peningkatan frekuensi miksi, baik diurnal maupun noktural. Disuri karena epitelium yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah suprapubis atau perineal. Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan spesimen (bahan) urine porsi tengah (mid­stream) diperiksa dan dibenihkan. Infeksi pada buli-buli mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh dengan sendirinya bila tidak terjadi komplikasi. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika, antiepamodik, tranquilizer, robordatia dan banyak minum untuk melarutkan bakteri.

Sistitis kronik disebabkan oleh infeksi kronik dari traktus urinarius bagian atas, adanya sisa urine, stenosis dari traktus urinarius bagian bawah, pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna, adanya faktor predisposisi. Tanda dan gejala sama dengan sistitis akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol. Pemeriksaan diagnostik pada pasien perlu dilakukan NP dan sistoskopi. Tindakan penanggulangan dengan banyak minum untuk melarutkan bakteri, pemberian antibiotika, irigasi kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan. Pencegahan sistitis khususnya untuk perempuan, dengan menggunakan celana dalam yang selalu berada dalam keadaan kering, bilas alat genital dari arah depan ke belakang.


Irigasi kandung kemih
Irigasi;kandung kemih adalah.#indakan mencuci kandungg kemih dengan cairan yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memberi pengobatan, memanaskan mukosa kandung kemih, membersihkan kandung kemih. Persiapan pasien sama seperti pers apan pada pelaksanaan tindakan kateterisasi.

Indikasi tindakan:
Radang kandung kemih
Peradangan saluran kemih bagian atas
Peradangan kandung kemih
Pasien menggunakan kateter.
Rendam duduk

Rendam duduk adalah merendam daerah anus dan sekitarnya serta daerahh genetalia. Tujuan tindakan ini ialah memberikan perawatan/penanggulangan untuk membersihkan luka dan untuk mengurang rasa sakit. Tindakan ini dilakukan untuk pasien dengan peradangan, luka terbuka-yang kotor pada daerah anus dan genetalia,

Persiapan alat dan bahan:
  • Zeil bak rendam duduk spiritus bakar dalam tempatnya
  • Korek api
  • Termometer air
  • Peniti
  • Handuk
  • Plester
  • taunting .
  • Bak steril bertutup berisi kain kasa dan pinset
  • Cairan obat yang diperlukan (mis. kalium permanagat 4%)
  • Selimut mandi
  • Tirai
Cara mengaiar:
  • Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dikerjakan.
  • Alat-alat disiapkan dan diletakkan dekat pasien.
  • Tirai dipasang.
  • Perawat mencuci tangan.
  • Zeil rendam duduk di flambir, kemudian diisi cairan obat sebanyak sepertiga bagian,, ukur suhu cairan dengan meng­gunakan termometer air, dengan suhu 40-43°C
  • Pasang Selimut mandi sampai menutupi seluruh bokong pasien, pakaian bawah pasien dilepaskan. Pakaian pasien bagian atas dilipat dan diberi peniti agar tidak terendam air. Pasien diminta untuk duduk di atas zeil selama 10-15 menit.
  • Bila sudah selesai, bokong pasien dikeringkan dengan handuk. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril dan pinset, kemudian luka diplester. Pakaian bawah pasien dipakaikan kembali, selimut diangkat. Pasien dianjurkan untuk istirahat kembali di tempat tidur. Alat-alat dibereskan dan dibersihkan.

URETRITIS
Uretritis adalah peradangan pada uretra. Infeksi ini disebabkan oleh kuman gonorroe atau kuman lain, kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.
Uretritis akut biasanya terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya, oleh karena prostat mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita oleh kaum lake-lake. Tanda dan gejala uretritis meliputi mukosa merah edema, terdapat cairan eksudat yang purulen, ada ulserasi pada uretra, ada rasa ' gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis GO, yaitu "good morning sign". Pada lake-lake, pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra ter­sumbat oleh kelompok nanah. Pada perempuan, jarang ditemukan ureteritis akut, kecuali bila pasien menderita GO.
Pemeriksaan diagnostik untuk uretritis akut dilakukan pemeriksaan ter­hadap sekret uretra untuk mengetahui kuman penyebab. Tindakan peng­obatan dengan memberi antibiotika. Bila terjadi striktur dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan boligit. Bila komplikasi berikan antibiotika.
Uretritis kronik. Infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut, prostates kronik, atau striktura uretra. Tanda dan gejala infeksi ini berupa mukosa terlihat granuler dan merah dan getah uretra positif terlihat pada page hari sebelum miksi pertama. Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter, ginjal. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian kemoterapi dan anti­biotika atau banyak minum untuk melarutkan bakteri (kurang lebih 3000 cc/ hari). Komplikasi gangguan ini berupa radang yang dapat menjalar ke
prostat.
Batu saluran kemih
Batu saluran kemih adalah adanya bate pada saluran kemih yang bersifat idiopatik dan dapat menimbulkan stasis dan infeksi. Penyebab gangguan ini masih belum dapat dipastikan, kemungkinan karena adanya faktor infeksi (infeksi tersering disebabkan oleh E. coli), defisiensi vitamin A, diet yang salah, kekurangan minum atau dihidrasi, hiperparatiroidisme (penyakit metabolik bawaan, faktor lingkungan dari sumber air minum.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Dikenal dua jenis bate, yaitu batu anorganik (misalnya, tripel fosfat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan batu yang mengandung magnesium) dan batu organik (misalnya, asam urat, sistin, xantin). Secara radiologis, batu­batu ini dikenal berupa batu radiopaque, (umumnya bate ini adalah batu anorganik) dan bate radiolucent (umumnya dari batu-batu organik).
Patofisiologi. Di dalam air seni terdapat pembentuk bate, yaitu asam urat dan oksalat. Kelarutan bahan-bahan tersebut di dalam saluran urine tergantung pada pH urine. Selain dari bahan-bahan tersebut, di dalam urine terdapat juga bahan koloid, yaitu musin, asam musin, kontraitin. Bila salah satu dari ketiga bahan tersebut tidak ada, akan terjadi kristalisasi dari bahan­bahan yang lain. Selanjutnya, kristalisasi berlangsung terns mengendap pada organ saluran kemih dan menjadi batu saluran kemih.
Pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan analisis urine (volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, sedimen) dan kultur urine (terhadap mikroorganisme, tes sensitivitas). Juga dilakukan foto ronsen dengan BNO (bulk nier oueazicht) atau foto abdomen. Dare pemeriksaan ini dapat diketahui batu dalam saluran kemih, contoh di ginjal. Sedangkan IVP dilakukan untuk mengetahui struktur sistem kalis ginjal, ureter dan kandung kemih.

Pemeriksaan BN0
Pemeriksaan BNO adalah penggambaran dari ginjal dan kandung kemih kemih. Tujuan tindakan inii untuk menilai kontur, letak dan besar batu ginjal dan untuk melekat kolunma vertebralis.
Persiapan pasien:
Sehari sebelum pemeriksaan, pasien barns makan bubur
kecap.
Pukul 19.00 pasien makan malam terakhir selanjutnya pasien
puasa, dilarang merokok dan mengurangi bicara.
Pukul 20.00 pasien minum garam Inggris sebanyak 30 gram.
Pukul 04.00 pasien dilakukan klisma.
Pukul 08.00 pasien diantar ke bagian radiologi.
Tipe batu pada sistem perkemihan

Tipe bate dapat dibedakan menurut tempatnya, yaitu batu ginjal, ureter, kandung kemih (vesikolitiasis), dan batu uretra.


BATU GINJAL

Batu yang terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di ginjal seperti di kaliks minor atas, kaliks minor bawah, kaliks mayor, di daerah pielum, dan batu di atas up junction.
Batu di kaliks minor atas. Batu ini merupakan silent stones. Tanda dan gejalanya meliputi rasa pegal di daerah pinggang, sakit terus-menerus dan menekan pada daerah pinggang, kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan, rasa nyeri di daerah pinggang, menjalar ke perut tengah-bawah, selanjutnya ke arah penis dan vulva. Dapat disertai anoreksia, muntah dan perut kembung. Hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan urine tidak mengandung batu, leukosit banyak hematuri.
Bila terjadi kolik, diberi analgesik dan pasien harus banyak minum. Bila merupakan silent stones, tanpa ada tanda-tanda kolik, tidak ada infeksi dan perdarahan, pada batu ini tidak dilakukan tindakan medis. Bila menimbulkan pielonefritis berulang, dilakukan nefrektomi partial. Hal ini dikarenakan bila hanya dilakukan pengangkatan batu saja, dapat bersifat residif.
Batu di kaliks minor bawah. Batu yang terdapat pada bagian ini biasanya merupakan bate koral (staghorn stone) dan berbentuk seperti arsitektur dari kaliks. Batu ini makin lama makin bertambah besar dan mendesak parenkm ginjal, sehingga parenkim ginjal makin menipis. Jadi batu ini berpotensi bahaya bagi ginjal.
Untuk bate unilateral bila faal ginjal lainnya masih balk, tindakan yang dilakukan adalah nefrektomi total pada ginjal yang sakit. Bila menimbulkan nefrotiasis dan perdarahan, dilakukan nefrolitotomi, satu per satu. Untuk batu bilateral pada orang muda dengan faal ginjal masih baik (kadar ureum dan kreatinin baik) dilakukan tindakan nefrotomi satu per sate. Pada orang tua, tidak dilakukan operasi, pengobatan bersifat konservatif yaitu dengan pemberian diuretika dan antibiotika.
Batu di kalix mayor. Jenis batunya adalah batu koral (steghorn stone) tetapi tidak menyumbat. Batu pada daerah ini, sering tidak menimbulkan gejala yang mencolok/akut, tetapi sering ditemukan terjadinya pielonefritis karena infeksi yang berulang-ulang. Batu inipun makin lama makin mem­besar dan mendesak parenkim ginjal sehingga parenkim makin menipis. Batu inipun berbahaya bagi ginjal.
Untuk batu unilateral. bila faal ginjal lainnya masih baik, tindakan yang dilakukan adalah nefrektomi total, dengan alasan batu ini bersifat residif. Sesudah operasi sering berakibat menurunnya fungsi ginjai karena ginjal mengalami fibrosis. Dapat terjadi perdarahan sesudah operasi yang akhirnya memerlukan tindakan nefrektomi. Pendapat lain mengatakan bahwa
tindakan awal yang perlu dilakukan adalah neftolitotomi, dan bila terjadi pendarahan, dilakukan tindakan nefrektomi.
Batu di pielum ginjal. Batu-batu ini kadang-kadang dapat menyumbat dan dapat menimbulkan infeksi sehingga dapat menyebabkan nyeri kolik dan gejala lain. Sebaiknya batu pada daerah ini dilakukan pengangkatan batu, karena batu dapat tumbuh terus ke dalam kaliks mayor sehingga tindakan operasi akan lebih sulit untuk dilaksanakan.
Batu di atas up junction. Daerah up junction merupakan salah satu tempat penyempitan ureter yang fisiologis sehingga besarnya batu diperkirakan tidak dapat melalui daerah tersebut. Tindakan penanggulangan dengan durante operasionum disertai kalibrasi lumen up junction dan batu akan residif kembali. Pemasangan bongie dilakukan sampai dengan ukuran 18F masih dapat lewat dengan mudah. Apabila upaya tersebut tidak dapat dilakukan, tindakan selanjutnya adalah pielum plastik.


Batu ureter

Tiba-tiba timbul nyeri kolik mulai dari pinggang hingga testis pada laki-laki atau ovarium pada perempuan. Pada posisi apapun pasien sangat kesakitan kadang-kadang disertai perut kembung, mual, muntah, gross hematuri. Diag­nosis gangguan ini ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium dan BNO/ IVP, pada pemeriksaan laboratorium terlihat urine banyak mengandung eritrosit.
Tindakan penanggulangan pada gangguan ini kalau perlu dilakukan tindakan operasi. Ada kalanya tidak perlu dilakukan operasi, hal ini ber­gantung pada besar-kecilnya batu. Untuk batu yang kecil dengan bentuk memanjang kurang dari 1 cm, diperkirakan dapat turun ke kandung kemih, diberikan terapi konservatif yaitu pemberian diuretika, antispasmodik, antibiotik, pasien dianjurkan untuk banyak minum. Dan observasi dilakukan selama kurang lebih 3-6 bulan.
Batu kandung kemih (vesikolitiasis)

Batu kandung kemih diperkirakan dapat terjadi karena kuranguya higiene pada saluran kemih dan kurangnya nilai gizi.

PATOFISIOLOGI

Bata kandung kemih pada anak terutama karena faktor gizi yang kurang baik, sehingga dapat mengakibatkan malnutrisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah timbul infeksi. Pada infeksi saluran kemih bakteri dapat mengakibatkan sel-sel epitel terlepas dan menjadi modus, kemudian mengendapkan zat-zat organik dan terbentuk batu.
PEMBAGIAN BATU KANDUNG KEMIH
Batu buli-bull Pada anak-anak. Tanda dan gejala berupa rasa nyeri sekali pada waktu miksi, anak menangis keras, mengejan, pada anak laki-laki menarik penisnya sambil berlari ke sana ke maxi karena menahan sakit. Kadang-kadang disertai prolaps ani. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder, pemberian antispasmodik, dilakukan ketok batu dengan jalan mengosongkan kandung kemih, kemudian masukkan bongie ke dalam kandung kemih, bila hasilnya positif berarti ada batu. Tindakan operatif opositif vesiko liotkotomi (sectio alto).
Tindak lanjut opeasi batu buli-buli dilakukan 3 bulan untuk mencegah terbentuknya batu kembali.
Batu kandung kemih pada orang dewasa. Tanda dan gejala biasa disebut sebagai trias batu kandung kemih (buli-buli), yaitu hematuria, disuria, dan urine keruh (pancaran urine terganggu dan menjadi lancar kembali, bila dilakukan perubahan posisi). Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan foto BNO/IVP dan analisis urine. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika, antispasmodik, dan analgetik.
Batu uretra

Batu uretra biasanya adalah batu yang berasal dari ginjal atau kandung kemih. Pasien yang mengalami gangguan ini menunjukkan gejala sulit miksi. sewaktu miksi terasa sakit, urine keluar sedikit-sedikit (menetes). Kandung kemih penuh berisi urine. Pemeriksaan diagnostik dengan memasukkan kateter ke dalam uretra, bila terasa ada tekanan kemungkinan uretra ter­
sumbat batu.
Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan pelarut batu. Lakukan kateterisasi atau pungsi kandung kemih untuk mengeluarkan urine, kalau perlu dilakukan operasi. Akan balk bila dilakukan penanganan Betas cepat dan tepat, ukuran batu masih kecil dan pungsi kandung kemih masih baik. Pasien dianjurkan untuk banyak minum. 2-3 liter per hari. Olahraga terutama kegiatar. melompat-lompat agar bate yang masih kecil dapat ikut keluar bersama urine. Bila batu keluar, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis batunya Pasien diberi diet rendah protein, agar tidak terbentuk batu kembali.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Trauma traktus urinarius
Trauma traktus urinarius terjadi karena adanya benturan yang mengenai
traktus urinarius. Trauma traktus urinarius dapat mengenai ginjal, ureter, kandung kemih, uretra.
Gangguan atau penyakit ginjal meliputi karbunkel ginjal, tuberkulosis ginjal, glomerulonefritis (akut, kronik), nefrotik sindrom, hindronefrosis, gagal ginjal (akut, kronik).
PROSES KEPERAWATAN: PASIEN GANGGUAN SISTITIS
Pengkajian
Geiala subjektif:
» Pasien mengeluh sexing miksi dan bertanya tentang penyakitnya
Pada waktu miksi terasa sakit
           Kadang-kadang urine keluar bercampur darah
» Terasa nyeri pada daerah suprapubik dan perineal
Geiala objektif:
Pasien Bering miksi
Terdapat hematuri
Pasien meringis kesakitan sewaktu miksi (disuria)
Hasil pemeriksaan IVP dan sistoskopi menunjukkan adanya kelainan
Diagnosa keperawatan

Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan peradangan dan infeksi kandnug kemih.
Perubaban pola eliminasi urinarius yang berhubungan dengan proses peradangan.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya.
Perencanaan dan implementasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
- Merecirkan nyeri clan ketidaknyamanan. Nyeri dan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan infeksi saluran perkemihan cepat hilang bila
49



50
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
dilakukan terapi antibiotik. Agens antispasmodik mungkin bermanfaat dalam meredakan kepekaan kandung kemih dan nyeri. Aspirin, kompres papas pada perineum, dap rendam duduk pangs membantu menghilangkan ketidaknyamanan dap spasme.
2. Meredakan frekuensi, dorongan, dap hesitansi dalam berkemih. Pasien dianjurkan untuk banyak minum secara bebas (air adalah pilihan terbaik) untuk meningkatkan aliran darah ginjal dap membilas bakteri dari traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih (mis. kopi, teh, cola, alkohol) dihindari. Dianjurkan sexing berkemih (setiap 2-3 jam) untuk mengosonkan kandung kemih secara seksama, karena ini bermanfaat dalam menurunkan jumlah bakteri urine, mengurangi stasis urine, dap mencegah infeksi ulang.
3. Pendidikan pasien. Perempuan yang mengalami infeksi urinarius ber­
ulang harus mendapat instruksi detil tentang hal-hal berikut:
a. Kurangi konsentrasi patogen pada liang vagina dengan tindakan higienik.
» Mandi guyur daripada mandi rendam, karena bakteri di bak mandi banyak yang memasuki uretra.
» Bersihkan sekitar perineum dap meatus uretra setelah setiap defekasi (dengan gerakan dari depan ke belakang)
b. Minum cairan dengan jumlah bebas selama sehari untuk membilas bakteri, mengeluarkan kopi, teh, cola, clan alkohol.
c. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam selama sehari dap pengosongan kandung kemih komplet. Tindakan ini mencegah distensi kandung kemih dap menurunkan suplai darah ke dinding kandung kemih, yang mempredisposisikan pasien pada ISK.
d. Bila hubungan seksual menimbulkan kejadian bakteriuria: Berkemih dengan segera setelah hubungan seksual.
Gunakan dosis tunggal agens antimikroba oral setelah hubungan seksual.
e. Bila bakteri terus tampak dalam urine, terapi antimikroba jangka panjang mungkin diperlukan untuk mencegah kolonisasi area periuretral dap kambuhan infeksi. Obat harus digunakan setelah pengosongan kandung kemih sebelum pergi tidur untuk menjamin konsentrasi obat adekuat selama periode malam hari.
1. Mengalami peredaan nyeri:
a. Melaporkan tidak ada nyeri, dorongan, disuria, atau hesitansi pada saat berkemih.
b. Menggunakan analgesik dap agens antimikroba sesuai ketentuan. c. Minum 8 sampai 10 gela cairan setiap hari. d. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam. e. Urine jernih dap bebar bau.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan dap peng­
obatan.
3. Bebas dari komplikasi:
a. Melaporkan tidak ada infeksi atau gagal ginjal (mual, muntah,
keletihan, pruritus).
b. Mempunyai kadar kreatinin serum dap BUN normal, kultur darah
dap urine negatif.
c. Menunjukkan tanda vital dap suhu normal; tidak ada tanda sepsis. d. Mempertahankan haluaran urine adekuat (>30 ml/jam).


PROSES KEPERAWATAN:
PASIEN GANGGUAN BATU GINJAL
Pengkajian

Pasien dengan kecurigaan bate ginjal dikaji untuk nyeri dap ketidaknyaman­an. Berat dap lokasi nyeri ditentukan bersamaan dengan penyebaran nyeri. Pasien juga dikaji untuk adanya gejala yang berkaitan, seperti meal, muntah, diare, dap distensi abdomen. Pengkajian keperawatan meliputi meng­observasi tanda infeksi traktus urinarius (menggigil, demam; disuria, Bering berkemih, dap hesitansi) dap obstruksi (Bering berkemih dengan jumlah sedikit, oliguria, atau anuria). Selain itu, urine dilihat terhadap adanya darah dan pecahan batu.
Riwayat difokuskan pada faktor-faktor yang mencetuskan pasien pada bate traktus urinarius. Faktor-faktor yang mencetuskan pasien pada pem­bentukan batu dapat meliputi riwayat keluarga tentang batu, adanya kanker atau gangguan sumsum tulang, atau penggunakan agens kemoterapi, Penyakit inflamasi usus, atau diet tinggi kalsium atau purin. Faktor-faktor
            ;• Evaluasi
HASIL YANG DIHARAPKAN
51
52
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
yang dapat mencetuskan pembentukan batu pada pasien yang telah meng­
alami batu ginjal meliputi episode dehidrasi, imobilisasi dalam waktu lama, dan infeksi. Pengetahuan pasien tentang batu ginjal dan tindakan pen­cegahan kejadian atau kekambuhannya juga dikaji.
Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan bate ginjal meliputi:
Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, obstruksi, dan abrasi traktus
urinarius
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan batu ginjal
            :• Perencanaan dan implementasi INTERVENSI KEPERAWATAN
I . Meredakan nyeri. Peredaan segera pada nyeri hebat karena kolik ure­teral atau renal diatasi dengan analgesik narkotik. Pemberian intravena dan intramuskular dapat diresepkan untuk memberikan peredaan cepat. Pasien dianjurkan dan dibantu untuk memilih posisi yang nyaman. Bila aktivitas menimbulkan peredaan nyeri, pasien dibantu untuk ambulasi. Nyeri pasien dipantau dengan ketat, dan peningkatan kehebatannya dilaporkan dengan segera pada dokter sehingga peredaan dapat diberi­kan dan tindakan tambahan dilakukan.
2. Pendidikan pasien. Karma tidak diketahuai apakah batu urinarius ter­hadap setelah pertama kali batu tersebut terbentuk, pasien dianjurkan untuk mengikuti program untuk menghindari pembentukan bate lebih lanjut. Salah sate pencegahannya adalah mempertahankan masukan cairan ban yak, karena batu terbentuk dalam urine pekat. Pasien yang cenderung membentuk batu harus minum cairan cukup untuk menge­luarkan 3000 sampai 4000 ml urine setiap 24 jam. harus mentaati diet yang ditentukan, dan harus menghindari peningkatan suhu lingkungan tiba-tiba, yang dapat menyebabkan penurunan volume urine. Pekerjaan dan aktivitas yang menimbulkan berkeringat hebat dapat menimbulkan dehidrasi hebat: karenannya masukan cairan harus ditingkatkan. Cairan yang cukup harus diminum pada sore hari untuk mencegah urine menjadi terlalu pekat pada malam hari. Kultur urine dilakukan setiap 1 sampai 2 bulan pada tahun pertama dan kemudian secara periodik.
1. Mengalami peredaan nyeri
2. Menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang perilaku sehat untuk mencegah kekambuhan.
a. Mengkonsumsi masukan cairan tinggi (10-12 gelas cairan per hari) b. Melakukan aktivitas yang tepat.
c. Mengkonsumsi diet yang ditentukan untuk mengurangi faktor-faktor
diet yang mencetuskan pembentukan batu.
d. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan pada pemberi pe­
rawatan kesehatan (demam, menggigil, nyeri panggul, hematuria). e. Pantau pH urinarius sesuai petunjuk.
f. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai petunjuk untuk me­
ngurangi pembentukan batu.
3. Tidak ada komplikasi.
a. Tidak menunjukkan sepsis dan infeksi.
b. Berkemih 200 sampai 400 ml urine jernih tanpa sel darah merah
setiap berkemih.
c. Melaporkan tidak ada disuria, sering berkemih, dan hesitansi. d. Tidak menunjukkan suhu tubuh normal.
PROSES KEPERAWATAN:
PASIEN GLOMERULONEFRITIS AKUT

Pengkajian
Riwayat komprehensif harus dilakukan pada pasien dengan kecurigaan glomerulonefritis tentang adanya infeksi traktus respiratorius atas yang baru dan infeksi kulit, atau riwayat glomerulonefritis. Adanya prosedur invasif juga harus ditanyakan. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan asites, efusi pleural, dan manifestasi gagal jantung kongestif dengan edema pare. Urine harus diperiksa dengan ketat terhadap warna, jumlah, dan adanya substansi abnor­mal. Tanda vital harus diperiksa dengan ketat, khususnya tekanan darah.


Diagnosa keperawatan
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan penurunan kebutuhan metabolik.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
           
Evaluasi
HASIL YANG DIHARAPKAN
53

54
Keperawatan Medikal Bedah untuk AKPER
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
55
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan haluaran urine.
Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik karena penyakit.
Risiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan edema.
Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan respons imun sekunder akibat pengobatan.


Perencanaan dan implementasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi. Penting sekali melindungi ginjal sementara ginjal tersebut memulihkan fungsinya. Diet ditentukan oleh dokter yang secara umum tinggi kalori dan rendah protein. Diet ini menghindari katabolisme protein dan memungkinkan ginjal beristirahat karena ginjal berperan lebih sedikit menangani molekul dan metabolit protein. Derajat pembatasan protein bergantung pada jumlah protein yang diekskresikan dalam urine dan kebutuhan pasien. Natrium juga dibatasi bergantung pada jumla edema yang ada. Anoreksia. mual dan muntah dapat mempengaruhi masukan adekuat, yang menuntut intervensi kreatif pada pihak perawat. Ahli diet dapat membantu merencanakan diet klien dalam keadaan pembatasan ini.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan. Keseimbangan cairan yang tepat adalah penting. Pemantauan yang tepat terhadap berat badan dan masukan serta haluaran membantu menentukan progresi edema karena memberikan perkiraan fungsi ginjal. Pengukuran harian terhadap fungsi ginjal (mis. kaki dan abdomen) juga memberikan perkiraan fungsi ginjal. Masukan cairan harus dibatasi. Rasa haws dapat diatasi dengan meng­hisap permen atau menggunakan batu es daripada segelas air. Bantu pasien untuk merencanakan distribusi cairan selama sehari (mis. ber­samaan dengan makan).
3. Memenuhi kebutuhan istirahat. Istirahat adalah penting-baik secara fisik dan emosi. Terdapat hubungan antara aktivitas dan jumlah hema­turia dam proteinuria. Latihan juga meningkatkan aktivitas katabolik. Aktivitas yang diizinkan bergantung pada basil pemeriksaan urinalisis. Tirah baring dilakukan sesuai dengan periode aktivitas yang sangat dibatasi, dapat dilanjutkan selama beberapa minggu sampai bulan.
Aktivitas pengalih yang tepat dapat membantu pasien menghadapi imobilitas fisik yang lama ini.
4. Memelihara integritas kulit. Edema mempengaruhi nutrisi selular, yang membuat klien lebih rentan terhadap kerusakan kulit. Gunakan ke­waspadaan untuk mencegah komplikasi ini. Intervensi meliputi higiene yang baik, masase, dan perubahan posisi, serta penggunaan tindakan profilaktik seperti alat di tempat tidur.
5. Mencegah infeksi. Glomerulus sangat menurunkan pertahanan tubuh pasien terhadap infeksi, khususnya organisme streptokokal. Karenanya, imunosupresif dan kortikosteroid lebih lanjut menurunkan pertahanan pasien. Meskipun isolasi tidak perlu, diperlukan perlindungan klien dari orang yang mengalami infeksi. Tindakan pendukung umum membantu menguatkan mekanisme pertahankan pasien. Penyuluhan pasien harus mencakup cara yang tepat untuk menghindari infeksi, khususnya infeksi
pernapasan dan saluran kemih.

Evaluasi

HASIL YANG DIHARAPKAN
1. Pasien mempertahankan masukan nutrisi adekuat, dibuktikan oleh tidak adanya penurunan berat badan, tidak ada keseimbangan nitrogen negatif, dan elektrolit normal.
2. Pasien mempertahankan masukan dan haluaran seimbang, dibuktikan oleh tidak adanya manifestasi edema atau kelebihan beban cairan.
3. Pasien mengalami keseimbangan istirahat dan aktivitas yang adekuat, dibuktikan oleh tidak adanya keluhan keletihan.
4. Pasien tidak mengalami kerusakan kulit, dibuktikan oleh kulit tetap utuh. 5. Pasien tidak mengalami infeksi, dibuktikan oleh suhu normal.

No comments:

Post a Comment